HALLONESIA.COM – Dokter olahraga yang terhimpun dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) Grace Joselini Corlesa, MMRS., Sp.KO mengatakan penting untuk segera memeriksakan ke dokter ketika nyeri bahu tak kunjung usai setelah melakukan aktivitas termasuk olahraga.
“Jangan abaikan gejala. Ingat, semakin dini kita mendapatkan diagnosis dan pengobatan, semakin cepat pula kita pulih dan kembali bermain dan beraktivitas fisik atau berolahraga,” kata dr. Grace di Jakarta, Rabu.
Bicara soal gejala, beberapa di antaranya yang dapat dirasakan langsung adalah nyeri atau kesakitan di area bahu, ketidakstabilan dan gerakan bahu terbatas, serta bahu terasa lemah.
Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah itu melanjutkan, cedera bahu sendiri sangat lazim dalam olahraga yang melibatkan ekstremitas tinggi.
Baca Juga:
Indo Build Tech 2024: KODAI DOOR Pamerkan Pintu Baja dengan Rangka WPC Tahan Rayap
5 Perilaku Kecil ini Bisa Bikin Hidup Bahagia, Salah Satunya Prioritaskan Hubungan dengan Orang Lain
Stres Berkelanjutan Tingkatkan Resiko Gangguan Penglihatan, Begini Menurut Hasil Studi
“Cedera bahu dan nyeri bahu merupakan masalah substansial pada atlet yang melakukan gerakan overhead seperti pelempar bisbol dan softball, bola voli, kriket, dan pemain tenis,” kata dr. Grace.
Adapun ia menyampaikan, terdapat faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik dari cedera bahu.
Untuk faktor risiko intrinsik meliputi riwayat nyeri bahu dengan/tanpa cedera bahu, rentang gerak dan fleksibilitas bahu.
Lebih lanjut, kelemahan otot dan ketidakseimbangan agonis/antagonis, diskinesis scapular, lamanya pasien berolahraga, indeks massa tubuh, jenis kelamin, dan tingkat permainan.
Baca Juga:
Cancer Berselisih Paham dan Aries Terus Berkembang, Inilah Ramalan Zodiak Hari Ini
Nomor 2 Bisa Turunkan Risiko Kanker, Ini 5 Manfaat Tomat yang Terkenal untuk Kesehatan Mata
Sementara untuk faktor risiko ekstrinsik mencakup posisi atlet (misalnya dalam permainan bulutangkis, apakah dia main secara tunggal/single atau ganda/double), jenis pertandingan atau latihan, serta beban latihan atau frekuensi pertandingan.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika mengalami cedera bahu? Dokter Grace mengatakan terdapat teknik pertolongan yang disebut dengan istilah “PRICE”.
“PRICE digunakan untuk jenis cedera trauma, tegang, dan keseleo. Cara ini dilakukan pada 24 hingga 72 jam pertama setelah cedera.
Lebih lanjut, PRICE terdiri dari Protect (melindungi dengan gendongan lengan), Rest (istirahatkan bahu), Ice (berikan kompres es 10-15 menit per 4 jam), Compression (kompresi) dan Elevation (elevasi).
Baca Juga:
Portal Berita Hallonesia.com dan Fokus Siber Media Network Mengucapkan Selamat Hari Valentine 2023
Bermanfaat Bagi Kesehatan ni 5 Cara untuk Mendapatkan Vitamin D, Nomor 1 Berjemur
Gejala Stroke Ini Kerap Diabaikan Penderitanya, Termsuk Sumbatan Sementara Aliran Darah ke Otak
“Nah, jika cedera terlihat atau terasa parah, konsultasikan segera ke dokter,” kata dr. Grace.
Ia kembali menekankan penting untuk berkonsultasi dengan dokter dan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan pencitraan dengan MRI untuk menegakkan diagnosis yang tepat dan penanganan cedera bahu yang akurat dan optimal.
“Mengobati cedera olahraga sesegera mungkin agar tidak bertambah parah atau berisiko cedera lebih lanjut di kemudian hari,” ujar dr. Grace.
“Penanganan mengembalikan kondisi, bahkan lebih menguatkan. Melakukan latihan juga penting dalam proses pemulihan cedera bahu, agar kita bisa kembali berolahraga lebih cepat dan optimal,” imbuhnya.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Hallo Media Network, semoga bermanfaat.